*MLM ATAU NETWORKING MANA YANG HALAL ?*
Jika kita mengacu ke kriteria halal dari MUI, maka yang paling mendekati kriteria halal adalah MLM atau Networking yang menggunakan sistem matahari dan merupakan konsep PROSUMEN yaitu sistem penjualan langsung dari produsen ke konsumen. Itupun dengan syarat tidak ada perubahan sistem menjadikan money game, misalnya peserta harus membayar dengan biaya tinggi atau bergabung dengan sistem paket untuk bisa dibayarkan ke perusahaan dan yang bergabung lebih dahulu (baca e book Sistem Piramida). Karena selain melanggar aturan MUI juga melanggar aturan APLI dimana perusahaan dilarang menjual produknya di depan atau _frontloading_ dan digunakan sebagai syarat untuk bergabung. Karena hal itu hanya membuktikan bahwa kualitas produknya tidak sesuai dengan klaim. Sehingga calon peserta tidak diberi pilihan selain membeli paket ini atau paket itu waktu bergabung.
MLM atau Networking jenis lain seperti *binary* (dua kaki) ataupun kaki 3 sudah pasti tidak memenuhi syarat karena kita mendapat uangnya dari pendaftar baru. Ada bonus rekruitmen, bonus pasangan dan sebagainya. Begitu juga jaringan dimana kita membangunkan aset perusahaan seperti asuransi jiwa, reksadana, investasi dan sebagainya juga sama saja. Pelaku mendapatkan uangnya dari pendaftar baru. Disamping itu sifatnya bekerja mencari uang (kuadran kiri), bukan bekerja membangun aset (kuadran kanan). Karena jaringan yang sudah jadi itu tidak memberi kontribusi apa apa ke kita selain posisi kita karena strukturnya. Semua anggota jaringan mendapatkan uangnya dari pendaftar baru.
Saya akan fokus membahas jenis yang PROSUMEN dengan model jaringan matahari yaitu melebar bebas sebanyak mungkin. Karena inilah yang paling memenuhi syarat baik dari sudut agama maupun dari ilmu keuangan/ finansial. Ini masih dibagi dua lagi yaitu MLM dan Network Marketing (lihat materi Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis), tergantung apakah ada tutup poin atau tidak, ada stock case atau tidak. Tergantung minat kita, jika kita pandai jualan ya masuk MLM, jika tidak bisa jualan ya pilihlah Network Marketing atau jaringan pemakai. Keduanya baik dan sama sama halal selama memenuhi ke 12 syarat MUI tersebut. Networking atau MLM yang asli tidak mewajibkan uang masuk yang besar. Bahkan ada yang gratis, karena uang masuk yang misal 100 ribu itu dikembalikan lagi dalam bentuk diskon jika membeli produk.
MLM maupun Network Marketing aslinya adalah cara distribusi produk langsung dari pabrik ke konsumen, atau disebut PROSUMEN. Disini kita mendapatkan keuntungan yang sebelumnya dinikmati iklan, distributor dan pengecer. Secara umum, besarnya 60% dari harga konsumen.
Jadi ini sebenarnya perdagangan biasa, semuanya jelas, barang yang dijual berkualitas tinggi dengan harga yang ekonomis. Setiap orang yang mau mempelajarinya juga akan tahu kalau dia melakukan ini akan mendapatkan itu. Pembagian keuntungannya juga sangat jelas. Kalau ada yang masih bingung, ini hanya karena belum cukup mempelajarinya saja.
Sebagai contoh, akan saya bandingkan dengan jual beli biasa, misalnya ada pabrik atau toko eceran dan grosir A yang menjual sepatu ber merk V. Toko grosir itu menjual sepatunya seharga Rp. 1.000.000,- per pasang. Kemudian dia memberi diskon jika kita membeli banyak :
• Jika membeli 1 – 3 pasang sepatu tanpa diskon.
• 4 – 10 pasang à diskon 3%
• 11 – 19 à diskon 6%
• 20 – 39 à diskon 9%
• 40 – 64 à diskon 12%
• 65 – 109 à diskon 15%
• 110 – 159 à diskon 18%
• 160 pasang lebih diskon 21%.
Jika kita membeli 160 pasang sepatu, dengan diskon 21% berarti kita tidak membayar 160 juta melainkan cukup membayar 126 juta. Jika kita ecer semua @ 1 juta, maka kita akan mendapat pemasukan 160 juta sehingga mendapat keuntungan senilai 21% atau 34 jutaan.
Kita juga bisa menjualnya ke reseller lain yang lebih kecil. Misal ke A 30 pasang dengan diskon 9%, ke B 50 pasang dengan diskon 12%, ke C sebanyak 70 pasang dengan diskon 15%, sedang sisanya yang 10 untuk kita sendiri satu dan yang lain dijual eceran tanpa diskon. Maka keuntungan kita menjadi lebih kecil dengan perincian :
§ Ke A kita membayar diskon 9%, sehingga keuntungan kita tinggal (21-9)% x 30 juta = 3,6 juta.
§ Ke B kita membayar diskon 12% sehingga keuntungan kita dari 50 sepatu itu = (21-12)% x 50 juta = 4,5 juta.
Building the Dream, [12.12.17 08:06]
§ Ke C kita membayar diskon 15%, sehingga keuntungan kita dari 70 sepatu itu = (21-15) x 70 juta = 4,2 juta.
§ Dari 10 sepatu yang dijual eceran termasuk yang kita beli sendiri, keuntungannya utuh 21% x 10 juta = 2,1 juta.
§ Jadi keuntungan kita = 3,6 juta + 4,5 juta + 4,2 juta + 2,1 juta = 14,4 juta. Hasilnya lebih kecil dibanding kalau kita bekerja keras menjual kepada 160 orang secara eceran.
Pemilik toko A di sebelah toko B, menjual sepatu yang sama, harga ecerannya juga sama, dan memberi diskon yang sama, mulai 3% sampai 21% untuk pembelian 4 sepatu sampai 160 sepatu. Tetapi dia ingin memudahkan konsumen dan mau sedikit repot di administrasi. Sistemnya adalah kita bisa membeli hanya 1 pasang sepatu saja seharga 1 juta, kemudian kita boleh mengajak teman teman untuk juga berbelanja disitu. Nanti setiap akhir bulan akan dihitung, jika jumlah sepatu yang di beli kelompok temannya itu sesuai dengan tabel diskon itu, maka kita diberi bonus sesuai hak kita.
Begitulah, kita mulai mengajak A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L. Semuanya membeli sepatu seharga 1 juta. Kemudian A mengajak orang dan dibawahnya juga mengajak orang lagi sehingga ada 30 pasang sepatu terjual di grup nya A. Si B juga mengajak orang banyak dan dibawahnya mengajak lagi sehingga ada 50 pembeli sepatu disana. Si C setelah membeli sepatu kemudian mengajak C1 dan tidak mengajak orang lagi. C1 yang kemudian mengajak banyak orang dan ada 69 orang yang akhirnya membeli sepatu disana. Sedang D sampai L tidak mengajak orang dan hanya membeli untuk dirinya sendiri.
Pada akhir bulan, pemilik toko atau pabrik melihat catatan dan urutan grup kita. Ternyata total ada 160 sepatu terjual (30+50+70+10), kita mendapat bonus 21%. Tetapi bonus itu harus dibagi lagi ke orang dibawah kita (semua dilakukan komputer sehingga tidak bisa terjadi kecurangan) :
§ Untuk A bonus kita dipotong 9% dari omset A (30 juta dari penjualan 30 sepatu), sehingga bonus kita tinggal (21-9)% x 30 juta = 3,6 juta dari 30 sepatu yang tejual di grupnya si A. Si A sendiri bisa mendapat utuh 9% dari 30 juta jika grupnya melebar sehingga masing masing anggota masuk kategori bonus 0%. Tetapi jika ada yang bisa memiliki grup yang membeli 5 sepatu, atau 12 sepatu, si A dipotong 3% - 6% dari harga 5 sepatu itu.
§ Di B bonus kita dipotong 12% sehingga keuntungan kita dari 50 sepatu itu = (21-12)% x 50 juta = 4,5 juta.
§ Di C bonus kita dipotong 15%, sehingga keuntungan kita dari 70 sepatu itu = (21-15) x 70 juta = 4,2 juta. Sedang si C sendiri, yang termasuk kategori 18%, ternyata hanya punya satu anggota langsung atau frontline (C1) yang kemudian mengembangkan jaringannya sehingga mencapai penjualan 69 sepatu atau peringkat bonus 18% juga. Akibatnya C tidak mendapat apa apa dari C1 (18% - 18% = 0%). Ini menunjukkan bahwa yang diatas tidak selalu mendapat bonus lebih besar dari yang dibawah seperti pada money game.
§ Dari 10 sepatu yang kita jual eceran ke DEFGHIJKL termasuk yang kita beli sendiri, bonusnya utuh 21% x 10 juta = 2,1 juta.
§ Jadi bonus total atau keuntungan kita = 3,6 juta + 4,5 juta + 4,2 juta + 2,1 juta = 14,4 juta.
Itu sekedar contoh untuk membandingkan bisnis networking dengan perdagangan biasa. Keduanya sama persis, penghasilannya juga sama persis. Bedanya kalau di perdagangan biasa sebagai grosir kita kulakan dulu baru menjual nya sehingga butuh modal besar. Disini semua orang membeli untuk kebutuhannya sendiri, baru di akhir bulan dikelompokkan yang mana masuk kelompok grosir besar (diatas 21%), grosir 21%, grosir 18%, grosir 15%, reseller dan sebagainya tergantung omsetnya.
Di bisnis networking masih ada kelebihannya lagi, yaitu harga yang kita beli itu bukan harga eceran melainkan harga grosir atau distributor, sehingga kita bisa menjualnya lagi dengan harga eceran yang 30% lebih mahal.
Diatas 21% masih ada bonus bonus lain sehingga total yang diterima para anggota biasanya sekitar 60% dari harga eceran sesuai konsep pada perdagangan umum, yaitu keuntungan yang biasanya dialokasikan untuk iklan, grosir dan pengecer, dimana pihak produsen hanya menerima 40%. Semuanya jelas dari awal, kita hanya perlu mempelajarinya saja.
Tetapi perlu Anda ketahui, bahwa ada 4 bidang kehidupan yang kita sepenuhnya dikendalikan oleh pikiran bawah sadar. Yaitu sex, agama, keuangan dan politik. Di 4 bidang ini logika sudah tidak jalan, kecuali sesuai dengan program bawah sadarnya. Penjelasan apapun tidak akan diterima, sampai ada pencerahan entah dari mana. Yang sekarang sedang menjalankan money game akan tetap merasa bahwa bisnisnya itu bisnis terbaik di dunia, yang mengharamkan ya akan tetap mengharamkan.
Itulah kekuatan pikiran bawah sadar, yang sama sekali tidak memihak pada kehidupan kita. Dia luar biasa kuat, bekerja 24 jam sehari, sifatnya universal (non personal), sangat lugu dan berpikir seperti anak usia 7 tahun, karena memang sebagian besar kita peroleh saat kita berusia sekian itu.
Surabaya, 11 Desember 2017
Sigit & Wati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.